[Ceritaku] Pengalaman Mengawas UAS (Ujian Akhir Semester) Pada SMK N3 Jayapura
by
Ginty Intan Mawarti
- Saturday, December 10, 2016
Akhirnya UAS (Ujian Akhir Sekolah) untuk SMK selesai juga. Akhirnya kami para guru-guru bisa bernafas lega. Hehehe Ingat ya, bukan cuma murid-muridnya aja yang pengen bernafas lega, kita guru-guru juga pengen. Pengen banget!
Bernafas lega karena sudah berkurang beban yang harus ditanggung. Bisa istirahat sejenak dulu lah sebelum memikul beban berat lagi yaitu memeriksa hasil UAS para murid-murid kemudian memberikan nilai akhir. Untuk cerita pengalaman pertama memberikan nilai, nanti menyusul ya. Kok pengalaman pertama? Iya, soalnya ini memang pengalaman pertama. Hehehe
Banyak banget pengalaman yang saya dapatkan sewaktu mengawas Ujian Akhir Semester di SMK N3 Jayapura, tempat mengajar saya saat ini. Pertama saya cerita sedikit dulu ya tentang SMK N3 Jayapura. Jadi di SMK N3 Jayapura itu ada banyak banget jurusan, mulai dari Bangunan, Elektronika, Listrik, Mesin, Otomotif, Geologi Tambang, Teknik Komputer dan Jaringan, serta Energi Terbarukan. Bayangkan saya jurusan sebanyak itu dan satu jurusan itu tidak cuma satu kelas. Untungnya kelas 3 lagi ngak ada. Iya ngak ada. Mereka ditelan bumi. Hahaha
Ngak. Jadi kalau di SMK itu anak kelas 3-nya lagi PSG (Pendidikan Sistem Ganda). Praktek kerja gitu. Jadinya yang UAS cuma anak kelas 1 dan 2 aja. Ujiannya di bagi jadi 2 shift, shift pagi dan shift siang. Untuk anak kelas 2 shift pagi, sedangkan anak kelas 1 shift siang.
Pengalamannya apa aja sih? Yuk disimak.
1. Tentang Berbagi
Ini foto murid-murid saya di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan |
Bukan berbagi jawaban loh ya. Hahaha Ini yang saya dapatkan sewaktu saya menjadi pengawas UAS di hari pertama. Hari pertama saya mendapatkan bagian mengawas jurusan Otomotif. Ngak kebayang deh bagaimana nakalnya mereka. Secara itu satu kelas para lelaki semua. Hahaha Ngak lah ya.
Ternyata yang saya bayangin dengan kenyataannya berbeda. Mereka anaknya baik-baik kok. Walaupun agak sedikit ribut. Karena ujian pertama, jadinya mereka agak sedikit kurang persiapan. Ada beberapa anak yang hanya membawa alat tulis bolpoin, sedangkan lembar jawaban yang dibagikan itu harus menggunakan pensil. Alhasil mereka kelabakan meminta izin untuk pergi ke kantin atau koperasi sekolah untuk membeli pensil. Saya sebagai pengawas yang baik hati dan tidak sombong pun memberikan izin, tapi dengan syarat tidak ada waktu tambahan untuk mereka dalam mengerjakan soal. Hahaha Jahat kan saya?
Beberapa menit kemudian mereka kembali dan bilang bahwa tidak ada kantin ataupun koperasi yang buka. Ya ampun. Waktu itu pun saya tidak membawa tempat pensil. Saya hanya membawa satu bolpoin. Kemudian ada anak yang langsung mematahkan pensilnya dan langsung memberikan patahan pensil itu ke temannya. Kagum, sangat kagum. Ibu bangga sama kalian nak. Walaupun di luar sana mereka men-judge bahwa kalian itu anak-anak nakal, walaupun kalian bukan murid-murid di jurusan saya, tapi Ibu kagum nak! Itu kata hati kecil saya.
Jujur, saya tidak terpikirkan hal-hal kecil yang bermanfaat seperti itu. Bahkan jika cuma saya yang mempunyai pensil, saya tidak akan mungkin kepikiran untuk mematahkan pensil saya seperti itu. Alhasil, beberapa anak pun mematahkan pensilnya dan memberikan patahan ke anak-anak lain yang tidak membawa pensil.
2. Ketika Harus Memilih Sebuah Pilihan
Soal UAS ini formatnya semua sama. Model soalnya itu pilihan ganda, terdiri dari 40 soal, dan setiap soal terdiri dari 5 pilihan jawaban. Percaya ngak percaya, mereka bisa mengerjakan 3 soal dalam waktu 1,5 jam. Itu juga kalo ngak salah soal sejarah, bhasa inggris, simulasi digital.
Saya sempat bilang ke mereka, kalian hebat-hebat ya. Cepet banget ngerjain soalnya. Tau apa jawaban mereka? Iya dong bu, jawabannya kan udah ada. Kita tinggak milih aja. Ngapain pusing-pusing. Hahahaha
Ngak tau deh mau ngejawab apa lagi. Biarkanlah mereka.Hahaha
3. Ternyata Mereka Mengenal Saya
Ini Jadi selama berapa hari saya mendapatkan jadwal untuk mengawas jurusan otomotif, hari terakhir baru saya mendapatkan jadwal di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan tempat saya mengajar. Hehehe Saya pikir mereka tidak mengenal saya. Kenapa saya bisa mengambil kesimpulan langsung seperti itu? Soalnya saya guru jurusan. Saya hanya mengajar jurusan saja.
Saya lupa karena kejadian apa begitu terus saya bilang ke mereka "Untuk kalian bukan muridd-murid di jurusan saya!" Langsung ada yang nyaut "Ibu guru di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan kan?" saya kaget. Hahaha Lah, kok mereka bisa tau saya? Apakah saya seterkenal itu. Padahal saya kira mereka tidak mengenali saya. Berharapnya mereka nanya "Ibu ngajar jurusan apa?" Ya sudahlah. Hahaha
4. Menunda UAS Untuk Melaksanakan Shalat Jumat
Ternyata waktu hari Jumat, jam ujian tetap dan tidak diubah. Masuk dari jam 11. Nanggung banget kan? Hari Jumat itu, saya dan dua orang teman saya yang menjadi guru di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan mendapatkan jadwal mengawas sama-sama. Jelas, kelas yang kami awasi itu berbeda ya. Hari itu juga, ada 3 mata pelajaran yang diujikan.
Saya memberitahukan kepada mereka bahwa selesai mengerjakan satu soal, kita istirahat dulu supaya teman-teman laki-laki mereka yang beragama muslim bisa melaksanakan shalat jumat. Alhamdulillah walaupun mereka tidak semua muslim, mereka bisa saling mengerti. Yang non muslim menghabiskan waktu istirahatnya untuk ke kantin dan duduk-duduk dibawah pohon. Dan yang bikin saya senang melihatnya, mereka tidak ada mengeluh atau bergumam karena ujiannya jadi tertunda atau mereka pulangnya jadi lebih lama.
Itulah pengalaman sederhana saya yang saya rasakan selama menjadi pengawas UAS. Pelajaran berharga itu ngak harus dari sesuatu yang besar, malah kebanyakan pelajaran berharga itu bisa kita dapatkan dari hal-hal kecil